Biru Magenta – Mengapa warnanya biru? Karena langit yang selalu mengelilingimu berwarna biru. Langit yang tak pernah lelah atau mengeluh, meski terkadang pergi. Ini berjalan Tidak masalah di mana Anda berada. Mengapa ungu? Akulah si Merah termasuk kamu. Ungu adalah cinta. Crimson adalah luka. Ungu adalah wujudku dan kamu juga. Kompleksitas serikat pekerja, tercermin dalam kepolosan masa mudanya. Magenta, cahaya yang bersinar di biru gelapnya malam. Magenta, mencampur dan mencampur semuanya. ***** Magenta Blue tidak ingin berlebihan dalam mengolah kata dan tidak memilih metafora yang rumit, namun terampil memaksimalkan diksi sederhana, namun dengan makna yang dalam dan luas jangkauannya. Sanie B. Kuncoro – Penulis novel Garis Perempuan, Ma Yan dan Silang Hati. Meski menulis puisi merupakan karya bahasa yang dipadatkan, namun metafora (dalam arti luas) yang digunakan dalam kumpulan itu lahir tanpa tergesa-gesa. Mario F.Lawi, penyair. Membaca korpus wacana Magenta Biru karya Satyavati dan Julionatan seakan membawa saya kembali pada kesadaran bahwa kita (masih) manusia: makhluk dinamis, berjuang, bermata biru dalam keberadaan kita. Indra Tjahyadi, penyair, pencinta kehidupan.
Stebby Julionatan. Lahir : Probolinggo, Jawa Timur, 30 Juli 1983. Mantan finalis Kangja Kota Probolinggo 2006, Raka-Raki Jawa Timur 2007 dan Rimata Jatim BPAP 2008. Pendiri Komunitas Penulis (KOMUNLIS). Aktif di Komunitas Sae Sanget Indonesia (KSSI). Pekerjaan sehari-hari sebagai pegawai Diskominfo Kota Probolinggo, penyiar radio dan editor tabloid Suara Kota. Pada tahun 2007, Kolomkita mendapat gelar penulis muda berbakat atas karyanya “Hujan di Puncak Kemarau”. Karyanya diterbitkan oleh LAN (Bayumedia, 2010), barang yang dibeli tidak dapat ditukar (Bayumedia, 2011) dan Biru Megentak (Üres tér, 2015). Pada tahun yang sama, Biru Megenta terpilih menjadi penerima Anugerah Pembaca Indonesia (API) 2015. Pada tahun 2016, naskah puisi Rabu dan Biru masuk nominasi (5 besar) Anugerah Siwanataraja. Anda dapat menghubunginya di @sjulionatan dan jika Anda ingin mengirim email ke sjulionatan@yahoo.com.
Biru Magenta
Upaya Melarutkan Relativitas Cinta Jika dijalin bersama, baris-baris puisi dalam buku ini bisa menjadi sebuah novel panjang. Namun, cara terbaik untuk menikmatinya adalah dengan membenamkan diri dalam kata-kata dan rangkaiannya, seolah-olah Anda adalah puisi yang hidup. Tulisan-tulisan dalam buku BACA dengan cepat, sekilas tampak seperti naskah drama dengan teknik puitis. Antara dua kekasih mabuk cinta. Jika itu puisi tradisional, masing-masing akan dibiarkan begitu saja. Jika mereka bercampur, sebuah cerita bisa muncul, sebuah novel syair yang panjang. Segalanya mungkin. Namun, akan lebih bernilai jika dibaca secara keseluruhan, paragraf demi paragraf, kalimat demi kalimat, dan kata demi kata. menyelesaikan Pekerjaan profesional yang tidak hanya menyenangkan. Kemudian tulislah refleksi bacaan tersebut secara keseluruhan sebagai landasan. Namun, membacanya sebagai novel yang bercerita memiliki kesulitan tersendiri. Karena itu adalah kumpulan puisi. Anda dapat menikmati membenamkan diri dalam kata-kata dan rangkaian seolah-olah Anda adalah puisi yang hidup. Memang sebuah puisi memerlukan jeda penghayatan sebelum beralih ke puisi yang lain. Ceritanya sangat berbeda dengan novel berkelanjutan. Kecuali novel teknis Dadaisme yang penuh fragmen dan perpecahan. Gaya bicaranya yang puitis, bukan gaya bahasa lisan pada umumnya, sudah cukup membuat kedua kekasih ini menguasai ekspresi puisi. Pemilihan kata, pengolahan teks, peribahasa, perumpamaan, metafora, pengulangan, sajak, ritme, tipografi, dll. mereka dengan jelas mengutarakan maksudnya dengan menggunakan bentuk bahasanya yaitu puisi. Liris dan naratif. Mereka bisa membicarakan apa saja. Disebut pasangan yang harus melepaskan dirinya, melepaskan curahan cintanya. Kisah cinta bukan hanya untuk pasangan. Karena cerita ini merupakan kenangan akan pengalaman masa kecil, mainan, perabot rumah tangga, makanan, teman, boneka, tempat, peristiwa, opini, dan lain sebagainya. Makanya penting bagi mereka, karena itu bentuk komunikasi antara Sebby dan Satyavati, Biru dan Magenta. Komunikasi penting untuk hubungan, hubungan, kencan. Kisah (pesan) puisi mereka dapat lebih dipahami dengan membandingkan dua puisi bertema sama dan saling memberi tanggapan. Misalnya puisi Satyavati Pria Paling Romantis di Dunia dan puisi Stebby Wanita yang Paling Aku Butuhkan. Contoh sebelumnya adalah puisi Dua Wajah di Cermin karya Satyavati, disusul Stebby: Di wajahku aku melihat bayangan yang bukan diriku. Isi dari dua pasang puisi tersebut memberikan kesan yang baik tentang berbagai tahapan hubungan cinta. Yang pertama termasuk dalam kategori cinta awal, dan yang kedua termasuk dalam kategori cinta yang berkesinambungan, yaitu upaya mempertegas bentuk dan isi cinta. Jelaslah bahwa dasar penyusunan bab-bab puisi ini adalah keinginan untuk memiliki sebuah novel yang menceritakan tentang perkenalan, saling tertarik, lebih mengenal, saling pengertian, saling berbagi, kebersamaan, semakin meningkatnya intensitas cinta dan intensitas cinta. permasalahan yang muncul dalam hubungan cinta, dalam upaya mengatasinya, dalam penguatan cinta, hingga akhirnya keinginan untuk mewujudkan semacam persatuan cinta, dengan harapan baik atas cinta mereka. Keduanya mengungkapkan rasa cintanya pada pasangannya dengan kata “tercinta”. Sentuhan terakhir adalah mengetahui sifat sebenarnya dari karakter Biru dan Magenta, Stebby dan Satyavati. Anda dapat melacaknya di setiap baris kata, namun jangan ceroboh saat menandainya. Bagaimanapun, perkataan mereka hanyalah pertanda. Sebagai pembaca, salah satu keyakinan saya adalah ketika saya saling mengirim kata-kata ini melalui Facebook, email, SMS atau media elektronik lainnya, anak laki-laki Biru dan Magenta sebagian besar dipenuhi dengan perasaan, gairah, nafsu, balas dendam, cinta, kehangatan. kedinginan, tertawa dan bahkan menangis. Pengalaman mereka mencerminkan pengalaman ratusan juta orang di bumi! Setiap pecinta telah hidup melalui zaman batu komunikasi, zaman surat, zaman telegram, zaman halaman, zaman email, zaman yahoogroup, dll. Sekalipun mereka mempunyai pengalaman ini, tidak semua orang benar-benar menjalaninya, karena beberapa orang gagal, rapuh, dan gagal. Stebby dan Satyavati mengalami hal tersebut merupakan sebuah anugerah dan patut mereka syukuri atas kebahagiaan mereka. Sebagai kumpulan puisi yang bercerita, catatan harian cinta yang mengungkap jati diri mereka melalui kata-kata, aku membayangkan dan berharap kisah mereka berakhir seperti kisah Jonah dan Asmirandah. Tidak ada perpindahan agama Stebby dan tidak ada konflik agama atau sikap merasa benar sendiri di pengadilan. Jonas dan Stebby yang memiliki asal usul serupa menjadi dasar anggapan tersebut. Terakhir, kenapa judul artikel ini berwarna magenta, padahal buku yang dikomentari berwarna magenta? Karena saya bisa melihat siapa yang lebih dominan pada pasangan ini dan keinginan siapa yang mereka penuhi. Ini akan mengikuti pola hubungan Anda. Hal ini tidak hanya dirasakan dari puisi-puisi mereka, namun juga dari label-label yang mereka tempelkan pada diri mereka. Selebihnya hanyalah doa agar keharmonisan muncul dengan pola pertobatan pikiran ini sehingga hubungan kedua kekasih ini bisa benar-benar seimbang. Diperkaya dengan konsep-konsep tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum tercakup dalam buku puisi terpadu ini. Yang tidak boleh dilupakan, membaca Magenta Blue atau Magenta Biru hanyalah soal relativitas saja. Dan hanya mereka yang bisa menyelesaikannya. Meskipun cinta mungkin tidak pernah lengkap. (*) Pendapat novelis Yonathan Rahardjo. Ulasan ini dimuat di Jawa Pos pada 28 Juni 2015
Buy Petunjuk Biru Magenta Dan Bunga Tee Online Indonesia
MEMBACA BIRU MAGENTA ADALAH MEMBACA KEKUATAN PERTUKARAN EMOSIONAL DARI BADAI LEMBUT Membaca kitab puisi Biru Magenta adalah bacaan perasaan geram namun mesra. Itu lembut, tapi ada api dan amarah. Ia juga diproduseri oleh dua penyair, Stebby Julionatan Biru dan Ratna Satyavati Magetna. Kedua pilihan warna ini awalnya sederhana dan mudah diingat bagi yang setuju dengan arti warnanya. Simbol warna tersebut mengingatkan kita bahwa ketika kita berada di toko perlengkapan bayi, biasanya mereka memilih warna biru untuk anak laki-laki dan merah muda untuk anak perempuan. Meski tidak bisa dibilang Biru Magenta, karena merah jambu bukanlah ungu. Biru pasti mengingatkan kita pada langit dan laut, meski ada langit yang tidak biru, dan ada laut yang tidak biru. Sedangkan warna merah tua sepi karena merupakan warna pertumpahan darah di bumi. Namun sesekali muncul langit atau laut berwajah merah. Dan pertemuan antara biru dan merah yang mengubah langit menjadi merah tua, atau pertemuan yang datang dari laut merah tua, begitulah aku membaca puisi Biru Kecil ini. Momen pertemuan Blue dan Magenta merupakan pertemuan yang jarang terjadi. Ibarat gerhana matahari, kemunculan pelangi merupakan peristiwa alam yang unik. Jadi mari kita rayakan, seperti puisi Biru Ungu ini. Namun pertemuan warna biru dan ungu ibarat ungkapan puisi keduanya. Biru dan ungu sepertinya tak ingin bersatu. Keduanya menolak warna baru, ungu. Sebisa mungkin mereka menghindari atau melarang bergabung dan tetap menjaga jarak. Meskipun keduanya tampak sangat dekat dan membicarakan hal yang sama, ketika yang satu mendengarkan yang lain sementara yang lain bercerita, keduanya tidak mendengarkan, atau keduanya mendengarkan pada saat yang bersamaan. Ungu dan biru juga saling dibaca, misalnya ungu memberi judul Aku ingin menjadi merah di atap rumahmu, disusul dengan puisi Biru Aku ingin menjadi biru di atap impianmu. Puisi 1-4 percakapan Üres tér juga terdapat percakapan mesra antara keduanya sehingga membuat iri pembacanya dan jika pasangan membacanya. Meski terkadang ada perbedaan pendapat di antara keduanya, misalnya dalam Pesta Tanpa Chairil karya Megatruh dan di samping puisi Biru: Maaf membawa kursi ke pestamu. Meski terlihat perbedaan puisi keduanya, namun perbedaan tersebut menambah kedekatan dan romantisme antara Biru dan Magenta. Kedekatan ini mengingatkan kita pada dua rel yang bersebelahan yang menghubungkan pengangkutan kata-kata dengan makna puitis. Jika kereta tidak lewat, keduanya bingung, tapi menggemaskan. Lihat juga: My Kind Devil (biru), lalu Magenta menulis My Evil Grinning Angel di halamannya. Namun dalam halaman-halaman buku puisi Biru Magenta ini, Biru tidak selalu menulis untuk dan tentang warna magenta, tidak selalu Magenta menulis tentang warna biru. Ada Biru yang menulis kepada Paman Jerry tentang acar, dan botol kecap berlogo penjualan Soto untuk Ibu, dan Magenta teringat kakek putrinya. Namun kemudian kedua puisi tersebut kembali berhadapan dalam puisi Biru yaitu Pintu dan Jendela (ungu). Juga tentang puisi: